Jumat, 23 Agustus 2013

IDUL FITRI 2013







Mumpung masih suasana lebaran idul fitri, saya sekeluarga mengucapkan "TAQABALALLAHU MINNA WAA MINKUM, SHIYAAMANA WA SHIYAAMAKUM".

Semoga kita semua selalu dalam limpahan rahmat ALLAH SWT, dan semoga kita bisa dipertemukan kembali dengan ramadhan kareem yang akan datang, supaya kita bisa terus mempertebal iman, islam kita. Amin Allahumma Amin...

Lebaran pada kemana???
Ada yang mudik (buat yang punya kampung halaman), ada yang dirumah aja (karena ngga punya kampung halaman) atau mungkin ada yang piknik? sambil ngisi waktu liburan gitu ceritanya.

Tahun ini saya mudik ke kampung halaman suami di semarang. Serunya, mudik kali ini di temenin mama. Kebetulan mama mau berlebaran dengan adik yang tinggal dijogja. Aneh kah? koq ortu yang lebaran ke anak? hehehe...ngga juga siy. Sebenernya saya yang maksa mama untuk ikut mudik ke jawa kali ini. Karena mama belum pernah mengunjungi anak bungsunya (adik saya gituh ^_*) semenjak doi hijrah ke jogja mengikuti tugas misua nya.

Jadi pikir punya pikir, daripada mama berangkat sendirian ke jogja (kapan kapan gituh) hanya khusus sowan ke anak cucunya, ya....mending bareng saya sajah. Nanti sesampai disemarang dijemput adik ipar saya dan langsung di boyong ke jogja.

Cukup seru juga tour de' central java kali ini. Beberapa tempat wisata udah masuk list untuk dikunjungi ;)

Lawang sewu, kuil sam po kong dan tentunya tempat wiskul yang belum pernah di kunjungi. Tadinya saya ngga berminat mengunjungi lawang sewu. Secara history terkenal dengan kemistisan dan tempat yang cukup misterius. Bahkan pernah dijadikan tempat "uji nyali" dalam sebuah acara televisi. 

Terbayang suasana angker, dingin dan mencekam yang buat saya lebih memilih wisata alam sajah. Tapi berhubung suami dan anak-anak ribut memaksa untuk ke lawang sewu, mau tidak mau ya saya ikut juga.

Ternyata sodara-sodara...bayangan saya tidak semuanya betul. Memang sedikit terasa aura dingin, tapi mungkin itu karena tempat ini jarang digunakan. Hanya dikunjungi saat-saat tertentu  saja. Saat musim liburan dan lebaran seperti kali ini tentu saja banyak pengunjung yang tertarik datang. Dan selebihnya saya cukup terkesima dengan bangunan yang sangat "holland" sekali. 








Arsitektur bangunannya mengadopsi bangunan di belanda.  Semula gedung ini untuk kantor pusat perusahaan kereta api (trem) penjajah Belanda atau Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij (NIS). Gedung tiga lantai bergaya art deco (1850-1940) ini karya arsitek Belanda ternama, Prof Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag. Lawang Sewu terletak di sisi timur Tugu Muda Semarang, atau di sudut jalan Pandanaran dan jalan Pemuda. Disebut Lawang Sewu (Seribu Pintu), ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. 






Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu. Menurut guide lawang sewu, jumlah lubang pintunya terhitung sebanyak 429 buah, dengan daun pintu lebih dari 1.200 (sebagian pintu dengan 2 daun pintu, dan sebagian dengan menggunakan 4 daun pintu, yang terdiri dari 2 daun pintu jenis ayun [dengan engsel], ditambah 2 daun pintu lagi jenis sliding door/pintu geser).












Tarif masuknya Rp. 3000.00/orang ditambah biaya sewa guide Rp. 30,000.00, menurut saya cukup murah. Untuk sewa guide tidak diharuskan, pengunjung boleh saja masuk melihat-lihat kedalam sesuka hati dengan hanya membayar tarif masuk. 















Hanya saja dengan adanya guide, nilai-nilai sejarah dari bangunan ini tergali keluar. Karena banyak cerita yang ternyata tidak dipublikasikan secara bebas mengenai lawang sewu ini. Bahkan penjelasan guide yang detil mengenai asal muasal lawang sewu dan beberapa kejadian yang terjadi didalamnya, ternyata mempesona anak-anak saya. Sampai dua hari ke depan, tema pembicaraan mereka selalu tentang lawang sewu :))
Sampai-sampai saat bertemu dengan mama saya di jogja pun, mereka ngga bosan mengulang-ulang cerita tentang lawang sewu tersebut hahaha....



.


Beralih ke Kelenteng Gedung Batu Sam Po Kong adalah sebuah petilasan, yaitu bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok beragama islam yang bernama Zheng He / Cheng Ho. Terletak di daerah Simongan, sebelah barat daya Kota Semarang. Tanda yang menunjukan sebagai bekas petilasan yang berciri keislamanan dengan ditemukannya tulisan berbunyi "marilah kita mengheningkan cipta dengan mendengarkan bacaan Al Qur'an".






Disebut Gedung Batu karena bentuknya merupakan sebuah Gua Batu besar yang terletak pada sebuah bukit batu., orang Indonesia keturunan cina menganggap bangunan itu adalah sebuah kelenteng - mengingat bentuknya berarsitektur cina sehingga mirip sebuah kelenteng. Sekarang tempat tersebut dijadikan tempat peringatan dan tempat pemujaan atau bersembahyang serta tempat untuk berziarah. Untuk keperluan tersebut, di dalam gua batu itu diletakan sebuah altar, serta patung-patung Sam Po Tay Djien. 

Padahal laksamana cheng ho adalah seorang muslim, tetapi oleh mereka di anggap dewa. Hal ini dapat dimaklumi mengingat agama Kong Hu Cu atau Tau menganggap orang yang sudah meninggal dapat memberikan pertolongan kepada mereka.[1]





Menurut cerita, Laksamana Zheng He (Sam Po Tay Djien) sedang berlayar melewati laut jawa ada seorang awak kapalnya yang sakit, ia memerintahkan membuang sauh. Kemudian ia merapat ke pantai utara semarang dan mendirikan sebuah masjid di tepi pantai yang sekarang telah berubah fungsi menjadi kelenteng. 

Bangunan itu sekarang telah berada di tengah kota Semarang di akibatkan pantai utara jawa selalu mangalami pendangkalan diakibatkan adanya sedimentasi sehingga lambat-laun daratan akan semakin bertambah luas kearah utara.

Konon, setelah Zheng He meninggalkan tempat tersebut karena ia harus melanjutkan pelayarannya, banyak awak kapalnya yang tinggal di desa Simongan dan kawin dengan penduduk setempat. Mereka bersawah dan berladang ditempat itu. Zheng He memberikan pelajaran bercocok-tanam serta menyebarkan ajaran-ajaran Islam.

Seperti kebanyakan bangunan khas tionghoa, kuil sam po kong ini juga didominasi warna merah. Dengan patung laksamana Zheng he yang berada di tengah-tengah wilayah kuil. Sedangkan gua batunya sendiri terletak di area belakang kuil. Sayangnya saya ngga sempat melihat gua batu yang konon kabarnya adalah tempat semedi laksamana zheng he. Mungkin next time kalau mudik ke semarang lagi, kuil sam po kong mau dijelajahi lebih dalam lagi *tssaaaahhh.










Hmmm...cerita mengenai wiskul ngga banyak juga sebenarnya. Karena antara rencana dengan waktu yang kita punya ngga seimbang. Kami hanya punya waktu 3 hari 4 malam sajah disemarang. Sedangkan bejibun tempat wisata beserta aneka wiskul yang sudah di planing terpaksa harus dieliminasi satu persatu >___<
Museum kereta api di ambarawa, tempat pemancingan di daerah bandungan sampai tempat wisata kampung rawa yang berada tepat di atas rawa pening yang terkenal itu terpaksa kami tunda.

Wiskul berkisar di area terdekat dengan rumah. Seperti pujasera di simpang lima yang menawarkan aneka makanan khas semarang. Mie jowo, mie kopyok, tahu gimbal, dll. Tertarik dengan mie jowo (akibat hasutan misua niy) saya, misua dan mertoku pesen mie jowo yang katanya enak. Memang betul, mie nya lumayan enak. Kalo kata jargonnya soimah "joss gandoss pating bledosss". Tapiiii, proses pemesanannya niy yang bikin hilang selera makan.

Ngga usah diceritain deh, malah bikin naek darah lagi *hmmmfffttttt.

Lanjut wiskul nasi ayam yang letaknya ngga jauh-jauh dari rumah mertua. Menurut testimoni keponakan misua, nasi ayamnya enak. Wooo....napsu donk.
Tapi emang bener kata orang tua, lidah orang beda-beda. Menurut misua dan yang lain enak, tapi buat saya....biasaaaa banget.

Nasi ayam tuh ternyata nasi yang disiram gulai ayam ditambah sayur labu siam dan sambel krecek, dalam wadah pincuk daun pisang. Jangan ngebayangin ayamnya satu potong yah. Sama sekali ngga pemirsah. Wong ayamnya cuma numpang lewat jeh, segede jempol tok!
But it's ok, namanya juga nyobain. Yang penting udah tau kaya apa siy nasi ayam tuh??!!!

Hari minggu siang kami berempat melanjutkan journey menuju jogja. Tujuannya siy jemput mama sebelum kembali ke cilegon. Berbekal list tempat wisata hasil gugling jauh-jauh hari, saya udah ngebayangin bakalan dapet trip yang "unforgettable". 

Secara kan yah... Jogja currently becoming a tourism city. Mulai dari wisata candi (borobudur, prambanan, candi ratu boko, dll), wisata pantai (parangtritis, baron, dll) sampe wisata belanja (malioboro, kasongan, dll). Rasanya pengen semua dijabanin. Tapi pastinya ngga mungkin yah. Perbandingan antara waktu dan tujuan ngga ekuivalen jeh! Saya cuma punya waktu 2 hari, sedangkan tujuan wisatanya seabrek-abrek *tepok jidat.

Jadi....mau ngga mau, beberapa harus di eliminasi (lagi-lagi). Dari sekian banyak yang kesampean cuma malioboro, keraton jogja dan bukit bintang di wonosari hehehe... rencana tinggal rencana ceritanya nih!!

Saya mau cerita malioboro dulu. Kalo kata orang, belum ke jogja kalo belum ke malioboro! wek!! Apa hubungannya coba??!!? Ya mungkin yah, karena malioboro letaknya dipusat kota. Disana tumplek blek, aneka jualan khas jogja. Batik mulai dari yang murahan sampe kualitas butik yang harganya jutaan. Oleh-oleh asli njogja juga ada. 

Orang-orangnya juga variatif dari yang berambut item sampe yg pirang kecoklatan alias wong londo buanyak banget. Eh tapi ciyus..jogja udah kayak bali cing! Bule bertebaran dimana-mana.

Singkat kata, malioboro udah sangat penuh sesak. Cari parkiran susahnyaaaa minta ampun. sisi jalan penuh sama tukang delman, jualan batik, dll. Jogja oh jogjaaaaaa.....










Hari berikutnya kita ke keraton jogja. Setelah sebelumnya puter-puter masuk ke area keraton pinggir, cari batik dan baju khas jogja "Djogja Holic" dan berakhir menyusuri keraton sesungguhnya. Untuk masuk ke keraton dikenakan tarif Rp. 5.000/orang, plus kalo yang mau foto-foto di charge Rp. 1.000. Mereka juga menyediakan jasa guide. Tapi kali ini kami berusaha meng-guide diri sendiri wkwkwk (tanpa bantuan guide maksudnya).




Malam harinya kami menuju daerah perbatasan diwonosari, namanya bukit bintang. Koq bukit bintang?cuma namanya doank koq. Pertama karena letaknya memang tinggi makanya disebut bukit, kedua karena dari tempat ini kota jogja dimalam hari seperti langit penuh bintang. Jadi dua alasan itu yang akhirnya disebut "bukit bintang". Mirip dengan punclut di daerah bandung gitu deh.

Untuk menghilangkan rasa dingin, menikmati segelas jeruk hangat dan susu jahe tuh sesuatuuu banget ;)

Tour de'java akhirnya berakhir di bukit bintang ini. Karena esoknya kami sudah harus kembali ke Cilegon. Kembali rusuh dengan kesibukan semula. Yang nguli kembali nguli, yang sekolah kembali sekolah.
But overall, we had fun so much for the trip.

Sambil mikir, kira-kira trip kemana lagi yah????
Hehehehe

Akhirul salam
Wasalamualaikum wr.wb.
Sampai ketemu di cerita mudik taun depan

- Bye Bye-