Ternyata untuk meluruskan sesuatu yang dirasa tidak baik memang butuh perjuangan yang cukup sulit dan berat. Pertentangan demi pertentangan dari segala sudut berusaha untuk menghentikan, tapi itulah perjuangan. Dalam islam pun ALLAH SWT mengatakan "Maka Diam adalah bagi selemah-lemahnya iman", karena melihat kenyataan dalam keseharian sesuatu yang salah itu banyak sekali dan kewajiban kita sebagai sesama muslim untuk saling meluruskan, maka apabila kita mengetahui itu tapi tidak berusaha untuk mengkoreksi hanya diam saja, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.
Apa ya...yang ada dipikiran mereka itu?tidak tau kalau mereka keliru atau sebenarnya tau tapi pura-pura tidak tau??sangat miris sekali....
Kepiawaian para pemimpin harusnya terevaluasi dari kemampuan mereka untuk melihat segala potensi masalah dan juga keberanian untuk mengatakan yang salah adalah salah, tidak ada pengecualian. Memang berat untuk menunjukkan kebenaran, terfikir akan efek yang ditimbulkan dan pihak-pihak yang tidak berhubungan langsung yang akan dirugikan. Yach benar...melakukan hal kebenaran itu sangat sulit dibanding dengan sebaliknya.
Saat posisi seseorang berada di atas seringkali telinga, mata dan nurani tidak serasi. Komplain-komplain atau masukan-masukan yang datangnya dari bawahan sering ditanggapi dengan sinis dan acuh, padahal dalam hati kecil mereka mengakui bahwa itu benar! karena kesombongan, keangkuhan menguasai sebahagian besar persentase nurani mereka, maka telinga & mata menjadi buta tuli seketika, sangat ironis sekali....
Hal ini pun sering terjadi dalam lingkungan kecil kita yaitu rumah tangga, ayah yang tidak mau mendengar masukan dari ibu, ibu yang tidak terima komplain dari mulut kecil anak-anak mereka, dan lain sebagainya. Mereka selalu merasa bahwa mereka adalah orang tua yang sudah pasti selalu benar, atau mereka merasa sebagai kepala rumah tangga yang gengsi mengakui kebenaran atau masukan dari istri atau anak-anaknya, karena sejauh ini paradigma yang tertanam dalam lobus frontal kita ya....memang seperti itu. Rasa gengsi dan egois mengalahkan nurani, lagi-lagi seperti itu.
Mengakui kebenaran sesungguhnya bukan hal yang memalukan kok?
Tidak lantas jatuh wibawa, harkat dan martabat karena mau mengakui sebuah kebenaran, tapi mengapa itu sulit sekali dilakukan?
Ya, kita coba dari hal kecil untuk berani mengakui kebenaran, mulai dari lingkungan keluarga saja dulu ;)
CU ditulisan berikutnya